Sembako Melambung Tinggi, Warga Kepri Kian Terhimpit
LENSAMATA.COM-Bintan,Masyarakat Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), khususnya Kabupaten Bintan, tengah menghadapi tekanan berat akibat lonjakan harga kebutuhan pokok (sembako). Dalam beberapa pekan terakhir, harga sejumlah komoditas strategis mengalami kenaikan tajam hingga dinilai di luar batas kewajaran. Kondisi ini tidak hanya menggerus daya beli masyarakat, tetapi juga mulai melemahkan roda perekonomian lokal, Selasa (16/12/2025)
Sejumlah bahan pokok seperti cabai, daging, dan kebutuhan utama lainnya dilaporkan melonjak signifikan di berbagai wilayah Kepri. Di Kabupaten Bintan, harga cabai merah bahkan menembus angka Rp110.000 per kilogram, memicu keluhan luas dari masyarakat dan pelaku usaha kecil.
Kenaikan harga ini diduga kuat dipicu oleh beberapa faktor, mulai dari dampak bencana alam di sejumlah daerah pemasok di Pulau Sumatra hingga kebijakan fiskal pusat yang dinilai berdampak langsung pada distribusi barang ke wilayah kepulauan. Kebijakan tersebut disebut-sebut telah menimbulkan hambatan serius dalam arus logistik sembako ke Kepri.
Keluhan juga datang dari para distributor dan pelaku usaha sembako yang mengaku kesulitan menyalurkan barang akibat regulasi yang dinilai memberatkan. Bahkan, belum lama ini, sejumlah pelaku usaha secara kolektif mendatangi kantor DPRD Provinsi Kepri untuk menyampaikan protes dan aspirasi. Mereka mendesak pemerintah daerah dan legislatif agar segera mencarikan solusi konkret guna menstabilkan distribusi dan harga barang.
Merespons kondisi yang semakin meresahkan masyarakat, Pemerintah Kabupaten Bintan pada Selasa, 16 Desember 2025, menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Rapat tersebut difokuskan pada pembahasan kelangkaan serta mahalnya harga sembako yang terjadi saat ini.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Bintan, Sukri, saat dikonfirmasi sebelum rapat berlangsung, membenarkan adanya lonjakan harga yang signifikan.
“Memang betul, saat ini harga sembako sedang melambung. Hari ini kami menggelar rapat koordinasi bersama Forkopimda untuk membahas permasalahan tersebut. Soal kewenangan distribusi, itu berada di Bea Cukai. Intinya, rapat hari ini fokus pada kelangkaan dan mahalnya harga sembako,” ujar Sukri melalui sambungan telepon.
Dampak kenaikan harga sembako ini sangat dirasakan oleh pelaku usaha kecil. Seorang pedagang nasi di Kilometer 16 arah Tanjung Uban mengaku kebingungan menentukan harga jual.
“Semua serba mahal, bang. Kami jadi bingung mau atur harga. Kalau dinaikkan, takut pembeli tidak datang. Tapi kalau tidak dinaikkan, kami rugi,” keluh pedagang tersebut.
Sementara itu, Martin, Wakil Direktur Lembaga Kelautan dan Perikanan Indonesia (LKPI) Provinsi Kepri, menyampaikan keprihatinan sekaligus kritik keras terhadap kondisi ini.
“Dengan kelangkaan dan melonjaknya harga sembako, masyarakat menjadi resah dan kebingungan. Penghasilan tidak sebanding dengan kebutuhan. Banyak kebutuhan rumah tangga yang akhirnya tidak terpenuhi. Ditambah cuaca ekstrem, masyarakat yang menggantungkan hidup di sektor kelautan dan harian makin terjepit,” ujarnya.
Martin mendesak pemerintah daerah dan pusat agar segera bertindak cepat dan tegas. Ia juga meminta adanya perlakuan khusus bagi daerah kepulauan seperti Kepri, terutama terkait kebijakan distribusi antar pulau.
“Kami berharap pemerintah pusat tidak mencampuradukkan kebijakan secara seragam. Harus ada pengecualian dan keringanan bagi daerah kepulauan sesuai semangat otonomi daerah. Soal sembako ini kelihatannya sepele, tapi menyangkut perut rakyat. Ini sangat sensitif,” tegasnya.
Situasi ini menjadi ujian serius bagi pemerintah dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pangan di wilayah kepulauan. Masyarakat kini menanti langkah konkret dan cepat agar tekanan ekonomi tidak semakin memburuk dan kehidupan sehari-hari dapat kembali berjalan normal.
(Red)
Posting Komentar untuk "Sembako Melambung Tinggi, Warga Kepri Kian Terhimpit"